Di awal tahun 2024, empat turnamen sudah diikuti para pebulutangkis Indonesia. Cuma satu gelar juara yang diraih. Bagaimana penilaian Tim Ad Hoc Olimpiade?
Yuni Kartika, Hubungan Masyarakat tim Ad Hoc Olimpiade 2024, menyadari ada hal yang harus ditambahkan di setiap sektor. Menurutnya usai Indonesia Masters, tim Ad Hoc Olimpiade juga langsung melakukan evaluasi.
Wakil-wakil Indonesia sendiri mengawali tahun 2024 dengan turnamen bulutangkis di Malaysia Open, India Open, Indonesia Masters, dan Thailand Masters. Keempat ajang itu berlangsung di rentang 9 Januari-4 Februari.
“Dari apa yang ada, dalam persiapan panitianya, kami setelah 3 turnamen terakhir di Indonesia Masters langsung ada evaluasi. Karena atletnya ada di Jakarta sebelum akhirnya mereka ikut tur Eropa,” kata Yuni kepada pewarta ketika ditemui di kawasan Jakarta Pusat.
Baca juga: Tim Ad Hoc Olimpiade Cari Solusi Atasi Tekanan Mental Rinov Rivaldy |
“Sudah ada meeting intens meliputi semua bagian: sport science, fisik, teknik, data, psikologi, itu dikumpulkan setiap sektor untuk membahas kekurangan dan kebutuhan atlet seperti apa. Jika ada treatment, dan lain-lain kita bisa gerak cepat. Tapi untuk meeting ada di setiap minggu atau hari yang dibutuhkan oleh pelatih yang bersangkutan di setiap sektor, pasti harus siap,” ujarnya.
“Sepekan sekali meeting koordinasi sudah pasti, tapi rapat kebutuhan detail setiap pemain itu langsung berhubungan dengan tim di bawah Koh Christian (Hadinata) itu koordinasi secara langsung. Kalau hasil terbaik ada di Leo/Daniel di Indonesia Masters. Selebihnya di race nanti akan dilihat ada di Eropa.”
“Secara proses kami menyadari setiap sektor memang ada hal yang harus kita tambahkan, itu yang kami lakukan sebaik mungkin. Kalau secara hasil memang masih harus ditingkatkan. Makanya kami melakukan meeting untuk memperbaikinya seperti apa,” ucapnya.
Berkaitan dengan itu, waktu yang dimiliki atlet dan tim Ad Hoc Olimpiade 2024 dalam melakukan peningkatan-peningkatan pratkis tidak banyak karena perhitungan poin Olimpiade akan ditutup pada 28 April 2024. Yang terbilang aman saat ini adalah tunggal putra (Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie), tunggal putri (Gregoria Mariska Tunjung), ganda putra (Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto), ganda putri (Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti).
Baca juga: Tim Ad Hoc Buka Kesempatan Pemain Non-Pelatnas PBSI Main di Olimpiade |
“Yang perlu di-improve, pertama tentu dari tim dokter evaluasinya lebih besar. Enggak hanya permainan, tapi juga recovery dan persiapan main di turnamen berikutnya. Karena mau enggak mau harus tur di 8 negara demi meraih poin sebanyak-banyaknya. Sebab, negara-negara lain juga melakukan hal yang sama. Jadi yang kita lakukan ada preventif untuk mereka, jangan sampai cedera sampai bulan April ini,” kata eks Pelatnas bulutangkis ini.
“Secara tim fisioterapi juga dipersiapkan lebih baik dan maksimal. Dari sport science, dari video tagging, itu kita juga lebih spesifik karena musuhnya itu-itu saja, enggak akan berubah, jadi itu lebih diperdalam dari segi strategi bersama pelatih di masing-masing sektor.”
“Saya lihat juga ketegangannya menjelang olimpiade ini tinggi sekali, jadi tim psikolog cukup beragam dan mendengarkan keluhan mereka, mereka juga proaktif dan terbuka mengenai feelingnya, yang kadang susah kita ketahui.”
“Sejauh ini mereka aktif juga untuk bertanya mengenai kondisi-kondisi mereka saat menjalani kejuaraan. Apalagi ganda, dari cara komunikasi, feel di lapangan, itu juga harus diatasi oleh tiap pemain,” tuturnya.
(mcy/krs)